PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Regional 4 melakukan transformasi di Pelabuhan Ambon dengan melakukan standarisasi dan sistemisasi. Transformasi yang dilakukan diklaim turut menekan biaya logistik di kawasan Indonesia Timur, khususnya Maluku dan sekitarnya.
Terminal Head TPK Ambon Rouland Prakarsa Koswara mengungkapkan, sejak dilakukan transformasi dengan standarisasi dan sistemisasi di Pelabuhan Ambon, proses bongkar muat jadi semakin efisien. Hal ini tentunya membuat biaya operasional semakin murah dan berimbas pada penurunan biaya logistik di Ambon.
“Setelah kita lakukan standarisasi dan sistemisasi, sekarang rata-rata kita bisa bongkar 26 boks (per jam),” ujar Rouland saat pemaparan dalam agenda Port Visit Media di Kantor Pelindo Ambon, Jumat (26/10/2023).
“Tertinggi yang pernah kita lakukan, itu bisa sampai 40 boks per jam,” imbuhnya.
Sebelum dilakukan standarisasi dan sistemisasi, kata Rouland, kecepatan handling peti kemas Pelabuhan Ambon dalam satu jam rata-rata hanya 15 BSA (box per ship per hour). Saat ini, kecepatan handling di Pelabuhan Ambon sudah meningkat secara signifikan sejak dilakukan standarisasi dan sistemisasi.
“Sebelum transformasi, kita cuma bisa bongkar sekitar 15 boks per jam dari kapal, bongkar ataupun muat,” ungkapnya.
Dengan dilakukannya standarisasi dan sistemisasi, durasi waktu kapal-kapal yang bersandar di Pelabuhan Ambon menjadi semakin singkat. Jika dulunya kapal-kapal membutuhkan waktu bersandar sampai lebih dari dua hari, sekarang rata-rata hanya satu atau bahkan kurang dari sehari.
“Jadi kegiatan logistik jadi lebih cepat, dan cost akan lebih murah karena biaya sandar kapal itu mahal, biaya operasional alat juga mahal. Jadi semakin cepat kami selesaikan, itu semakin murah,” jelas Rouland.
Baca juga:
Pelindo Target Arus Peti Kemas di TPK Ambon 438.329 TEUs Tahun 2037
Untuk diketahui, transformasi yang dilakukan di Pelabuhan Ambon ini sudah dimulai sejak 2019. Dimulai dari persiapan, standarisasi, hingga sistemisasi, dan masih terus dimaksimalkan ke depannya.
“Ambon sudah melewati seluruh sistem ini. Jadi mulai persiapan, standarisasi kita sudah lakukan di 2020, kemudian sistemisasi yang baru saja kemarin tanggal 18 Agustus kita laksanakan,” ungkapnya.
Dengan adanya transformasi yang dilakukan, pelayanan di Pelabuhan Ambon kini menggunakan aplikasi yang sama dengan terminal-terminal besar lainnya yang ada di Indonesia. Artinya, sistem yang dijalankan pun akan memiliki standar yang sama.
“Aplikasinya sudah sama dengan Makassar, sudah sama dengan Jakarta. Cara handling-nya itu sudah sama seperti terminal-terminal besar,” ungkapnya.
Baca juga:
10 Jukir Liar Kawasan Pelabuhan Makassar Ditangkap, Patok Tarif Rp 100 Ribu
Rouland menambahkan, selain peningkatan dari segi pelayanan dan infrastruktur, Pelindo juga melakukan peningkatan sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang menjadi concern Pelindo adalah memaksimalkan keamanan atau safety di terminal.
“Bukan cuma sistem dan aplikasi, bukan cuma alat, tapi orang juga kita kembangkan. Dari dasar-dasar terminal, dari pembagian kinerja, dari skill yang dibutuhkan untuk planning dan control, handling special cargo, safety juga menjadi salah satu concern sekarang. Jadi tidak boleh ada fatality di terminal,” ujarnya.
sumber: https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7005644/pelindo-transformasi-pelabuhan-ambon-tekan-biaya-logistik-di-indonesia-timur.